
5 Hal yang Sering Diremehkan Waktu Nulis Script, Tapi Bikin Cerita Jadi Hidup!
Pernah gak ada yang komentar kaya gini tentang script kamu? “ceritanya udah bagus sih, tapi kayanya kurang dapet deh feelnya.” Padahal udah rapi script-nya. Nah, bisa jadi kamu lupa hal-hal kecil ini saat kamu menulis script.
Aku juga pernah ngalamin hal ini. Belajar nulis script itu memang gak gampang. Aku gak bisa meng struktur penulisannya. Banyak hal kecil yang kelewat. Akhirnya, pas shooting dan editing, aku baru sadar hal-hal yang gak aku perhatiin dan itu bikin hasilnya jadi kurang hidup.
Nah, aku mau kasih tahu 5 hal yang penting biar script kamu bukan cuman sekedar selesai, tapi ceritanya hidup!
Motivasi Karakter yang Kuat, tapi Gak Dramatis
Salah satu hal kecil yang suka terlewat dan dikenal cukup sulit adalah ‘mengapa kita menciptakan karakter ini di dalam cerita?’. Padahal, motivasi karakter ini tidaklah perlu dramatis atau memiliki alasan yang besar, tapi cukup dibuat dengan alasan yang sederhana.
Misalnya, kita ingin membuat karakter yang dikenal pendiam, tapi kita ingin karakter ini dikenal hanya begitu saja, seakan-akan tidak memiliki tujuannya sendiri. Alasan sederhananya mengapa dia pendiam hanyalah karena ingin dilihat dan ingin perasaanya dirasakan oleh orang lain. Biasanya, dengan alasan sederhana ini, karakter justru dapat terasa lebih hidup karena bisa lebih dekat dengan penonton. Jadi, buatlah karakter dengan alasan yang sederhana agar terasa jujur dan relatable serta menghidupkan cerita yang kuat.
Percakapan yang Gak Cuma Informasi, tapi Ada Rasa
Tantangan para penulis naskah lainnya adalah membuat dialog. Kita bukan hanya menulis dialog yang ‘kaku’ dan informatif, tapi dialog harus membuat cerita tidak terasa membosankan. Kalau kita lagi ngobrol sama teman-teman dan bilang “Aku mau ke toko buku habis makan siang” ada ekspresinya bukan? Kalaupun ekspresinya datar, itu menunjukkan gestur. Jadi, dialog tidak hanya perkara kata-kata saja, tapi ada ekspresi, intonasi, bahkan gestur yang menghidupkan kata-kata tersebut. Bisa saja kalimat itu diucapkan dengan nada lesu karena lelah dari pagi hingga siang penuh dengan aktivitas atau hal lainnya. Jadi, kalau kamu menulis dialog pada script bukan sekedar kata demi kata kamu rangkai, tapi harus dipikirkan juga rasa dan emosinya agar terasa lebih hidup dan penonton bisa merasakannya.
Transisi Emosi Antar Adegan
Pernah nonton film atau serial yang suasananya tiba-tiba suasananya berubah? Misalnya, adegan pertamanya memperlihatkan suasana yang tegang dengan ekspresi karakter utama terlihat gelisah, tiba-tiba adegannya berubah memperlihatkan suasana yang tentram? Itu bikin kita sebagai penonton jadi bingung dan merasa gak nyambung. Sebenarnya itu adalah transisi emosi yang penting banget karena bisa mengatur mood penonton. Dengan mengatur transisi emosi pada script bisa membuat penonton bisa mengikuti alur emosi karakter. Selain itu, dalam proses editing, menentukan transisi emosi antar adegan melalui karakter yang ada dalam cerita akan lebih mudah.
Dunia yang Bernapas, yaitu Setting yang Aktif
Setting atau latar cerita bukan cuman sekedar tempat, tapi juga mampu membuat karakter tersendiri dan itu akan membentuk suasana cerita. Misalkan, pada suatu adegan diperlihatkan karakter utama sedang berjalan sendirian di tengah hujan. Rumah yang berantakan juga bisa menceritakan kondisi pikiran dari karakter tanpa perlu dialog yang panjang untuk menjelaskannya. Menulis setting dengan detail akan menghidupkan cerita yang lebih dalam. Selain itu, ceritanya juga dapat membuat penonton terhanyut dengan mudah.
Ending yang Nempel, tapi Gak Maksa
Ending bukan cuman soal kejutan atau twist. Ending yang baik biasanya sederhana tapi mampu membuat penonton menjadi terbayang-bayang dan merasakan sesuatu setelah menontonnya. Kalau misal endingnya, “Jadi dia itu sepupunya si karakter utama?” atau “Kenapa sih dia harus berusaha sekeras itu?”. Ending seperti ini dapat membuat cerita kamu tetap diingat, bukan cuman sekeddar selesai. Buatlah ending yang relevan tanpa memaksakan ending yang dramatis dari keseluruhan cerita.
Menulis script bukan hanya soal menyelesaikan cerita, tapi bagaimana membuatnya terasa hidup dan dekat dengan penonton. Lima hal kecil seperti motivasi karakter yang sederhana, dialog yang punya rasa, transisi emosi yang halus, setting yang aktif, hingga ending yang relevan dan membekas sering kali diremehkan, padahal justru itulah yang membuat cerita terasa jujur dan mengena. Jadi, mulai sekarang, jangan abaikan detail kecil, karena dari situlah cerita bisa benar-benar bernapas.