
Program Televisi/Film
Pernah nggak, kamu lihat foto atau video dan langsung paham maksudnya yang bahkan kamu gak perlu baca captionnya? Storytelling visual, itulah kekuatan bercerita yang mengandalkan gambar, warna, komposisi, serta momen untuk menyampaikan pesan.
Visual Kok Lebih Gampang “Nempel”?
Jalur pemrosesan visual pada otak manusia bagian visual cortex atau area belakang otak memang sangatlah cepat. Menurut penelitian MIT, dibutuh sekitar 13 milidetik ketika mata menangkap gambar atau informasi visual. Dibandingkan membaca teks, otak perlu mengenali huruf, merangkai kata, lalu memahami makna yang memakan proses lebih lambat.
Ada juga sistem limbik yang mengatur emosi yang erat bekerja dengan indera penglihatan. Ketika melihat foto, sistem ini akan langsung memicu rasa haru, kagum, maupun nostalgia, bahkan sebelum memikirkan alasan pasti. Pemrosesan ini disebut lintas bahasa yang dimana otak manusia dengan berbagai budaya merespons pola visual dasar (wajah, warna, ekspresi) dengan cara yang mirip, jadi bisa diterima pesannya secara universal.
Kunci Storytelling Visual yang Kuat
Pilih subjek yang jelas. Penonton harus langsung tahu siapa atau apa yang jadi fokus. Atur komposis pakai trik seperti rule of thirds atau garis pandu agar mata fokus dan nyaman saat melihat. Permainan warna dan cahaya biasanya seperti warna yang hangat bisa terasa lebih intim dan cahaya dramatis yang bikin nuansa tegang. Jadi, fokuskan kembali apa yang ingin disampaikan. Detailing dan simbol seperti sepele, tapi ngaruh banget. Satu hal kecil bisa mancing banyak interpretasi. Jadi, kasih pesan yang detail walaupun harus menggunakan simbol atau hal kecil lainnya.
Gimana Menceritakan Kisah Tanpa Kata?
Buat alur cerita dengan beberapa visual seperti gambar atau video untuk membentuk alur cerita agar konsisten dan mudah dimaknai. Metafora visual seperti simbol dan detailing lainnya yang dapat mewakili rasa juga ide tertentu sesuai pesan yang ingin disampaikan. Tangkap sisi emosi dengan menggunakan teknik close up untuk fokus pada ekspresi wajah atau detail yang bikin penonton merasa di dalam visual tersebut. Tentukan waktu, seperti Before-after atau timelapse yang bisa memberi sensasi perjalanan. Kontras visual, bisa tampilkan dua kondisi yang berbeda untuk membangun narasi.
Jangan Lupa!
Pahami dulu, sebenarnya pesan apa yang ingin kamu sampaikan. Lalu, bisa buat personal branding atau gaya kamu untuk memvisualisasikan pesan. Perhatikan kualitas gambar ataupun video, tapi utamakan esensi ceritanya. Coba untuk membuat sudut pandang atau angel yang menarik. Setelah itu, pastikan untuk penonton ikut merasakan ceritanya agar bisa menebak-nebak maknanya.
Storytelling visual seperti bahasa universal yang semua orang bisa membacanya tanpa teks. Jika mampu mengolah gambar atau video dengan tepat, kontenmu tidak hanya menarik dari segi sinematografi atau estetikanya aja, tapi meninggalkan kesan dan momen yang bisa terkenang lama tanpa kata apapun.